Kamis, 30 September 2010

Menonton Televisi Menghambat Perkembangan Bicara dan Bahasa Anak ?

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, terjadi beberapa perubahan pada gaya hidup masyarakat pada umumnya, termasuk dalam metoda pengasuhan anak. Tak ayal karena jadwal kesibukan cukup padat, orangtua dewasa ini lebih senang membiarkan anaknya menonton televisi untuk melengkapi kebutuhan edukasi sekaligus hiburan sang anak agar para orangtua dapat memperoleh lebih banyak waktu untuk bekerja dan beristirahat.
Dengan banyaknya program acara atau video yang dapat dipilih, tentu tidak sulit untuk membuat anak cepat “diam” karena terpaku menonton acara kesayangannya, sambil berharap bahwa anak mereka akan berkembang dengan sendirinya karena mendapat cukup stimulasi dari acara tersebut.
Akan tetapi, apakah menonton televisi benar-benar dapat efektif membantu meningkatkan perkembangan bicara anak?
Sebuah studi yang dilakukan oleh dr. Dimitri A. Christakis serta Frederick J. Zimmerman dari Seattle Children’s Research Institute, University of Washington, AS menunjukkan bahwa vokalisasi, kosakata, dan percakapan yang dilakukan oleh pendamping anak (orangtua, pengasuh)  berkurang secara bermakna selama ia menonton televisi.

dr. Dimitri A. Christakis
Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa anak-anak 8 – 16 bulan yang menonton video-video “edukasi” tersebut selama 1 jam setiap hari memiliki penurunan 6 – 8 kosa kata dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menonton.
Studi tersebut dilakukan pada 329 anak berusia antara 2 bulan hingga 4 tahun yang masing-masing menggunakan alat perekam digital kecil pada hari-hari tertentu yang dipilih secara acak setiap bulannya selama 2 tahun. Sebuah rompi didesain khusus dengan saku dada tempat menempelkan alat perekam  yang akan menangkap setiap kata yang diucapkan maupun didengarkan oleh anak selama periode 12-16 jam. Yang menjadi parameter dalam studi ini antara lain adalah jumlah kata yang diucapkan oleh pendamping anak, vokalisasi anak, dan interaksi verbal anak dalam percakapan (suatu keadaan di mana pendamping memberikan respon vokal terhadap vokalisasi anak, atau sebaliknya, dalam 5 detik).
Ternyata terdapat pengurangan jumlah dan lama vokalisasi anak, serta interaksi dalam percakapan secara bermakna (jumlah kata dapat berkurang sekitar 770 dari 1000 kata yang seharusnya didengar anak dari pendampingnya selama sesi rekaman). Hal ini penting untuk diperhatikan mengingat stimulasi merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung perkembangan anak. Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini mungkin secara bertahap dan terus menerus pada setiap kesempatan.
Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan keterlambatan pada perkembangan anak bahkan gangguan yang menetap. Terkait hal ini, Christakis juga menambahkan dalam studinya bahwa bahasa merupakan komponen penting yang diperlukan untuk perkembangan otak pada awal masa kanak.
Karena keterlambatan perkembangan bahasa akan membawa sebab keterlambatan pada tingkat atensi dan perkembangan kognitif pada anak selanjutnya.
Disney’s Baby Einstein Program

CEO Disney, Robert Iger
Sementara ketika penelitian tersebut dimuat dalam jurnal prestisius Pediatrics, salah satu CEO Disney, Robert Iger, menuntut para peneliti untuk menarik pengumuman persnya. Terkait pembentukan opini publik terhadap program acara Disney’s Baby Einstein yang terlampau membuat bayi-bayi tidak aktif berbicara selama program mereka diputar di televisi. Karena tendensi dari hasil penelitian tersebut dirasa ‘menyerang’ keberlangsungan Baby Einstein.
Namun sekarang setelah penelitian terbukti, Disney justru menawarkan dana kompensasi pengganti bagi orang tua yang telah membeli DVD-DVD program edukasi Baby Einstein.
Saran Dari Penelitian
Bagaimana orang tua harus menyikapi hal ini? Mungkin ada baiknya mendengar saran American Academy of Pediatrics yang mengatakan sebaiknya anak badut (bawah dua tahun) tidak diajak menonton TV. Dengan menonton TV, tentunya anak tidak mendapatkan pengalaman linguistik yang sama seperti ketika berinteraksi langsung dengan orangtua mereka. Alih-alih aktif bereksperimen, anak justru pasif, asyik menatap layar kaca. Hal ini tentunya berpengaruh pada pengembangan kreativitas anak. Karena itu, singkirkanlah remote control DVD Anda, dan ajaklah anak Anda bermain bersama.
Berangkat dari hasil studi tersebut, terdapat beberapa tips yang direkomendasikan oleh Christakis bagi orangtua dan para pengasuh, yaitu:
Untuk anak berusia di bawah 2 tahun:
  • Hindari kebiasaan menonton televisi, dan pilihlah aktivitas yang dapat membantu perkembangan bahasa dan pertumbuhan otak anak seperti berbicara, membaca, menyanyi, bermain, mendengarkan musik, dsb.
Untuk anak berusia di atas 2 tahun:
  • Jauhkan televisi dari kamar tidur anak Anda.
  • Batasi penggunaan televisi maksimal 2 jam dalam sehari.
  • Jika Anda memperbolehkan anak Anda menonton, pilihlah program yang sesuai dengan usianya. Berhati-hatilah dengan tontonan anak Anda. Bahkan film kartun untuk anak saja dapat menunjukkan perilaku yang kasar dan tidak patut ditiru. Untuk itu, dampingilah anak Anda selama menonton sambil membicarakan mengenai acara yang sedang ditonton.
  • Matikan televisi saat makan, dan saat program yang dipilih telah berakhir.
  • Jangan pernah menggunakan televisi sebagai imbalan atas apa yang telah dilakukan oleh anak Anda.
  • Buatlah hari bebas media dan rencanakan sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan bersama anak Anda.
Bagaimanapun, setiap orangtua bertanggung jawab atas pertumbuhan dan perkembangan anak mereka. Untuk itu, mereka harus lebih kritis dan cermat dalam menentukan yang terbaik untuk anak-anak mereka. Memang, tidak mudah rasanya untuk merubah kebiasaan yang telah berakar dalam keluarga. Akan tetapi terkadang diperlukan sebuah keberanian dan tekad untuk sebuah perubahan demi masa depan yang lebih baik. [](SO)
Sumber:
Christakis et al. Audible television and decreased adult words, infant vocalizations, and conversational turns: a population-based study. Archives of Pediatrics and Adolescent Medicine, 2009; 163 (6): 554
Disadur dari Klik Dokter

Rabu, 29 September 2010

Meluruskan Niat

Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan
terampil. Barangsiapa bersusah payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia
serupa dengan seseorang mujahid di jalan Allah azza wa jalla
.” (HR Ahmad)
Mencari nafkah adalah merupakan ibadah kepada Allah, bahkan menurut hadist di atas disamakan dengan mujahid. Jika Anda mengalami penurunan semangat, kembalilah meluruskan niat Anda untuk apa melakukan bisnis atau pergi bekerja. Jika imbalan yang akan didapat bukan hanya materi di dunia, sudah seharusnyalah kita lebih semangat untuk mencari nafkah.
Jika Allah yang menjadi tujuan, kenapa harus dikalahkan oleh rintangan-rintangan yang kecil di hadapan Allah? Jika mencari nafkah merupakan ibadah, semakin kerja keras kita, insya Allah semakin besar pahala yang akan diberikan oleh Allah. Jika nafkah yang didapat merupakan bekal untuk beribadah, maka semakin banyak nafkah yang didapat, semakin banyak ibadah yang bisa dilakukan.
Luruskanlah niat Anda sesering mungkin, setidaknya setiap hari, saat Anda memulai segala aktifitas Anda, baik bekerja maupun berbisnis. Semakin lurus niat Anda, akan semakin besar motivasi Anda. Camkan sampai melekat dipikiran Anda bahwa niat Anda mencari nafkah adalah untuk beribadah kepada Allah. Salah satu cara menanamkan sesuatu ke dalam pikiran kita ialah dengan cara teknik afirmasi, atau penegasan secara berulang.
Langkah pertama cara melakukan afirmasi ialah dengan menyusun kalimat- kalimat yang akan Anda afirmasikan. Buatlah kalimat-kalimat yang sederhana yang merupakan kalimat afirmasi atau positif. Jika Anda menuliskan kalimat negatif, ubahlah menjadi kalimat positif terlebih dahulu.
Sebagai contoh
“Saya tidak lemah” (kalimat negatif), gantilah dengan kalimat positif yaitu “Saya kuat.”
Langkah kedua, setelah Anda memiliki kalimat-kalimat afirmasi, bacalah dan ulangilah sampai melekat dalam pikiran Anda.
Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa jangan mentang-mentang mencari nafkah sudah merupakan ibadah, sehingga melupakan ibadah-ibadah yang lainnya. Masih banyak ibadah-ibadah lain yang memiliki urgensi yang cukup tinggi. Selain ibadah-ibadah ritual seperti shalat dan puasa, masih ada kewajiban lain yaitu dakwah dan jihad.



Sumber

Selasa, 28 September 2010

Negara Miskin Mau Kaya? Jangan Ikut Pasar Bebas

INILAH.COM, Jakarta - Profesor ekonomi dari Harvard menyarankan Indonesia memacu pertumbuhan ekonominya secara mapan jika ingin menanggulangi masalah kemiskinan. Namun, saran itu tampaknya tidak akan berhasil sepenuhnya, jika tidak gagal sama sekali, untuk mengentaskan 30 juta orang miskin di Indonesia.
Saran Dekan Harvard Kennedy School, Profesor David Ellwood, bahwa pertumbuhan ekonomi yang mapan akan mengurangi kemiskinan tanpaknya bertentangan dengan fakta yang ada. Sejauh ini negara-negara berkembang di selatan sudah melaksanakan saran itu, tidak terkecuali Indonesia, namun jumlah orang miskin tidak berkurang secara signifikan.
Itulah penjelasan kenapa Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) terpaksa menetapkan program yang populer disebut sebagai MDGs (Millennium Development Goals) atau kurang lebih berarti sasaran pembangunan dalam milenium ini dimana salah satu programnya adalah pengentasan kemisikinan. PBB sendiri akan membuat pertemuan untuk membaha apa saja yang sudah dicapai dari MDGs ini pada 22-23 September di New York.
Ekonomi negara-negara penghasilan rendah tumbuh mapan tapi toh penduduk miskinnya tetap banyak. Apa yang salah?
Ekonom Universitas Cambridge yang pernah menjadi konsultan Bank Dunia, Ha-Joon Chang mengatakakan jika ingin meninggalkan kemiskinan, tak ada jalan lain selain, menentang pasar dan melakukan hal-hal yang lebih sulit yang akan memberikan penghasilan lebih besar.
"Menentang pasar bebas kedengarannya terlalu radikal," kata Ha-Joon Chang dalam bukunya Bad Samartitans. "Tidak ada jalan keluar yang lain."
Ya..kelihatannya memang tidak masuk akal dan bertentangan dengan apa yang para ekonom asing, profesor bule dan petinggi tiga serangkai Bank Dunia, IMF, dan WTO, sarankan kepada negara-negara miskin.
Menurut Ha-Joong setidaknya ada dua penjelasan kenapa harus menghindari pasar bebas untuk bisa mengatasi masalah kemiskinan.
Pertama dan terutama, negara-negara maju yang saat ini menikmati kemakmuran dulunya juga tidak mengikuti pasar bebas. Mereka memproteksi industri bayi mereka hingga benar-benar bisa bersaing di pasar bebas yang mematikan.
Inggris yang menjadi penganjur utama pasar bebas, dulu mensubsidi industri kapasnya dari persaingan dengan perusahaan sejenis dari koloninya, India.
Nah..sekarang negara-negara industri itu seperti menendang tangga yang mereka pakai naik kelas dulu dan membiarkan negara miskin menemupuh jalan lain yang mereka sendiri tak jalani. "Mereka menasihati negara miskin sesuatu yang mereka sendiri tak lakukan," tandas Ha-Joon.
Masih kurang contohnya? Baiklah kita tengok sejarah pembangunan Jepang dan Korea. Kedua negara itu membentengi industri-industrinya puluhan tahun sebelum akhirnya disapih ke pasar bebas. Toyota memerima proteksi selama 30 tahun dan subsidi kredit sebelum akhirnya kompetitif seperti saat ini.
Asisetn profoser sosiologi NTU, Singapura, Dr Sulfikar Amir kepada Inilah.com mengatakan, Indonesia tak bisa mengembangkan isundtrinya yang bisa diapaki untuk meningkatkan kemakmuran karena IMF selalu mendiktekan kehendaknya.
Alasan kedua kenapa menentang pasar perlu dilakukan adalah fakta bahwa manajer bisnis juga melakukan hal yang sama. Nokia, kata Ha-Joon, menyubsidi bisnis elektronikanya selama 17 tahun dari uang yang dihasilkan dari bisnis perkayuannya. Samsung melakukan hal yang sama selama satu dekade.
Kalau kedua perusahaan ini mengikuti saran untuk langsung berkompetisi di pasar bebas, seperti yang diharapkan para penganjur pasar bebas itu, Nokia masih menebang pohon dan Samsung masih berbisnis gula.
Jadi, negara-negara berpenghasilan rendah harus berani menentang arus utama dan mengambil jalan yang sulit dan sedikit berliku untuk bisa meninggalkan kemiskinan yang mematikan.
Bank Dunia dulu menentang Korea mendirikan pabrik baja, tapi lihatlah hasilnya sekarang. Pasar (bebas), cenderung melanggengkan status quo.

Sumber

Senin, 27 September 2010

Menentukan Waktu Sholat

Dengan berkembangnya peradaban manusia, berbagai kemudahan-kemudahan diciptakan untuk membuat manusia lebih praktis dalam segala hal termasuk dalam beribadah khususnya shalt fardu. Saat ini kita mengetahui banyak sekali diterbitkan jadwal waktu shalat dari berbagai instansi maupun organisasi antara lain; Departemen Agama, PP Muhammadiyah, PP Persis, PP Nahdatul Ulama (NU) dsb. Namun kesemuanya tidak dapat dilepaskan dari kaidah yang sebenarnya digunakan untuk menentukan waktu shalat yaitu "Pergerakan  Matahari " dilihat dari bumi.
Sesungguhnya solat itu diwajibkan atas orang-orang yang beriman menurut waktu-waktu yang tertentu”  ( Q.S. An-Nisa’ :103 )
 “Dirikanlah solat ketika gelincir matahari hingga waktu gelap malam dan dirikanlah solat subuh sesungguhnya solat subuh itu adalah disaksikan (keistimewaannya)”.
( Q.S. Al-Isra’ : 78 )
Sebelum manusia menemukan hisab/perhitungan falak/astronomi, pada zaman Rasulullah waktu shalat ditentukan berdasarkan observasi terhadap gejala alam dengan melihat langsung matahari. Lalu berkembang dengan dibuatnya Jam Surya atau Jam Matahari   serta Jam Istiwa atau seing  disebut Tongkat Istiwa dengan kaidah bayangan matahari. 

Jam Surya atau Jam Matahari serta Tongkat Istiwa atau Bencet
Dari sudut pandang Fiqih penentuan waktu shalat fardhu seperti dinyatakan di dalam kitab-kitab fiqih adalah sebagi berikut :
Waktu Subuh   Waktunya diawali saat Fajar Shiddiq sampai matahari terbit (syuruk). Fajar Shiddiq ialah terlihatnya cahaya putih yang melintang  mengikut garis lintang ufuk di sebelah Timur akibat pantulan cahaya matahari oleh atmosferMenjelang pagi hari, fajar ditandai dengan adanya cahaya samar yang menjulang tinggi (vertikal) di horizon Timur yang disebut Fajar Kidzib atau Fajar Semu yang terjadi akibat pantulan cahaya matahari oleh debu partikel antar planet yang terletak antara Bumi dan Matahari. Setelah cahaya ini muncul beberapa menit kemudian cahaya ini hilang dan langit gelap kembali. Saat berikutnya barulah muncul cahaya menyebar di cakrawala secara horizontal, dan inilah dinamakan Fajar Shiddiq. Secara astronomis Subuh dimulai saat kedudukan matahari  ( ) sebesar 18° di bawah horizon Timur atau disebut dengan "astronomical twilight"  sampai sebelum piringan atas matahari menyentuh horizon yang terlihat (ufuk Hakiki / visible horizon). Di Indonesia khususnya Departemen Agama menganut kriteria sudut  s=20° dengan alasan kepekaan mata manusia lebih tinggi saat pagi hari karena perubahan terjadi dari gelap ke terang.
Waktu Zuhur  Disebut juga waktu Istiwa (zawaal) terjadi ketika matahari berada di titik tertinggi. Istiwa juga dikenal dengan sebutan Tengah Hari (midday/noon). Pada saat Istiwa, mengerjakan ibadah shalat (baik wajib maupun sunnah) adalah haram. Waktu Zuhur tiba sesaat setelah Istiwa, yakni ketika matahari telah condong ke arah Barat. Waktu tengah hari dapat dilihat pada almanak astronomi atau dihitung dengan menggunakan algoritma tertentu. Secara astronomis, waktu Zuhur dimulai ketika tepi piringan matahari telah keluar dari garis zenith, yakni garis yang menghubungkan antara pengamat dengan pusat letak matahari ketika berada di titik tertinggi (Istiwa). Secara teoretis, antara Istiwa dengan masuknya Zuhur ( z° ) membutuhkan waktu 2 menit, dan untuk faktor keamanan biasanya pada jadwal shalat waktu Zuhur adalah 4 menit setelah Istiwa terjadi atau z=1°.
Waktu Ashar  Menurut Mazhab Syafi'i, Maliki, dan Hambali, waktu Ashar diawali jika panjang bayang-bayang benda melebihi panjang benda itu sendiri. Sementara Madzab Imam Hanafi mendefinisikan waktu Ashar jika panjang bayang-bayang benda dua kali melebihi panjang benda itu sendiri. Waktu Ashar dapat dihitung dengan algoritma tertentu yang menggunakan trigonometri tiga dimensi. Secara astronomis ketinggian matahari saat awal waktu Ashar dapat bervariasi tergantung posisi gerak tahunan matahari/gerak musim. Di Indonesia khususnya Departemen Agama menganut kriteria waktu Ashar adalah saat panjang bayangan = panjang benda + panjang bayangan saat istiwa. Dengan demikian besarnya sudut tinggi matahari waktu Ashar ( a° ) bervariasi dari hari ke hari.
Waktu Maghrib   Diawali saat matahari terbenam di ufuk sampai hilangnya cahaya merah di langit Barat. Secara astronomis waktu maghrib dimulai saat seluruh piringan  matahari masuk ke horizon  yang terlihat (ufuk Mar'i / visible horizon) sampai waktu Isya yaitu saat kedudukan matahari  sebesar i° di bawah horizon Barat.  Di Indonesia khususnya Departemen Agama menganut kriteria sudut i=18° di bawah horison Barat.
Waktu ‘Isya  Diawali dengan hilangnya cahaya merah (syafaq) di langit Barat, hingga terbitnya Fajar Shiddiq di Langit Timur. Secara astronomis, waktu Isya  merupakan kebalikan dari waktu Subuh yaitu dimulai saat kedudukan matahari  sebesar di bawah horizon Barat sampai sebelum posisi matahari sebesar di bawah horizon Timur.
Waktu Imsak  adalah awal waktu berpuasa. Diawali 10 menit sebelum Waktu Subuh dan berakhir saat Waktu Subuh. Ijtihad 10 menit adalah perkiraan waktu saat Rasulullah membaca Al Qur'an sebanyak 50 ayat waktu itu.
Demi menjaga "keamanan" terhadap jadwal waktu shalat yang biasanya diberlakukan untuk suatu kawasan tertentu, maka dalam hal ini setiap awal waktu shalat menggunakan kaidah "ihtiyati" yaitu menambahkan beberapa menit dari waktu yang sebenarnya. Besarnya ihtiyati ini biasanya ditambahkan 2 menit di awal waktu shalat dan dikurangkan 2 menit sebelum akhir waktu shalat.
Akibat pergerakan semu matahari 23,5° ke Utara dan 23,5° ke Selatan selama periode 1 tahun, waktu-waktu tersebut bergesar dari hari-kehari. Akibatnya saat waktu shalat juga mengalami perubahan. oleh sebab itulah jadwal waktu shalat disusun untuk kurun waktu selama 1 tahun dan dapat dipergunakan lagi pada tahun berikutnya. Selain itu posisi atau letak geografis serta ketinggian tempat juga mempengaruhi kondisi-kondisi tersebut di atas.
                
Diagram Waktu Shalat berdasarkan posisi matahari
Berdasarkan konsep waktu menggunakan posisi matahari secara astronomis para ahli kini berusaha membuat rumus waktu shalart berdasarkan letak geografis dan ketinggian suatu tempat di permukaan bumi dalam bentuk sebuah program komputer yang dapat menghasilkan sebuah tabulasi data secara akurat dalam sebuah "Jadwal Waktu Shalat". Kini software waktu shalat terus dibuat dan dikembangkan diantaranya: Accurate Times, Athan Software, Prayer Times, Mawaqit, Shalat Time dsb. serta software produksi BHR Departemen Agama yang disebarluaskan secara nasional yaitu Winhisab. Program ini masih terlalu sederhana untuk kelas Nasional dan saya yakin BHR bisa membuat yang lebih baik lagi.

Waktu Shalat Sunah

Tidak semua shalat sunah mempunyai waktu tertentu melainkan beberapa shalat sunah sudah diatur waktunya. Waktu-waktunya adalah mengikuti waktu shalat yang dianjarkan Nabi Muhammad s.a.w. Diantara shalat sunah yang dilakukan mengikuti waktu tertentu adalah:



  • Shalat Dhuha - dilakukan ketika waktu matahari baru naik (mengikut pandangan beberapa ulama, pada ketinggian segalah atau tujuh hasta) atau sekitar 3,5° ketinggian Matahari.



  • Shalat Ied - dilakukan pada waktu pagi hari raya yang pertama bagi kedu jenis hari raya tersebut, umumnya dilakukan pada waktu Dhuha  yaitu waktu matahari baru naik (mengikut pandangan sebagian ulama, pada ketinggian segalah)



  • Shalat Tarawih - dilakukan pada waktu Isya' (umumnya dilakukan selepas Shalat Isya' sebelum kemunculan waktu imsak)



  • Shalat Sunat Gerhana - dilakukan pada waktu gerhana (matahari atau bulan) sedang terjadi.



  • Shalat Sunat Rawatib - dilakukan sebelum dan selepas solat fardhu. Tidak semua solat mempunyai kedua-dua solat sunat.

Waktu Haram Shalat

Berikut adalah waktu yang diharamkan solat (sebagian ulama mengatakan berlaku bagi selain tanah haram):



  • Waktu selepas shalat Subuh hingga terbit matahari.



  • Waktu mulai terbit matahari (syuruk) hingga matahari berada di kedudukan pada kadar segalah (tujuh hasta).



  • Waktu rambang (zawal, istiwa, rembah) atau waktu tengahari (matahari tegak) hingga gelincir matahari kecuali hari Jumaat.



  • Waktu selepas shalat Asar hingga matahari kekuningan.



  • Waktu matahari kekuningan hingga matahari terbenam.

    Sumber : http://rukyatulhilal.org

     

Google Merayakan Ultahnya ke-12






Selamat Ulang Tahun Google yang ke-12, logo tersebut di buat oleh seniman  yang tinggal di Los Angeles, yang bernama Wayne Thiebaud

Good Luck Google

Minggu, 26 September 2010

Trik Untuk Meningkatkan Kecepatan Internet Anda



 

Browsing Internet dengan , berbagai cara dilakukan untuk mempercepat koneksi internet baik menggunakan software agar koneksi internet menjadi lebih cepat maupun menggunakan settingan tertentu yang diklaim mempercepat koneksi internet.
Berikut ini adalah beberapa tips digunakan untuk mempercepat koneksi internet :
A. Menggubah setting bandwith pada windows (Hanya kami uji pada XP)
Pada dasarnya OS windows sudah membatasi bandwidth untuk koneksi internet sebanyak 20% dari total bandwidth yang seharusnya maksimal, ingin supaya koneksinya lebih cepat dan kencang dengan cara atau mengosongkan batasan bandwidth tersebut supaya pada kita maksimal dalam menggunakan bandwidth ada.
Ikuti petunjuknya seperti dibawah ini :
1. Klik Start
2. Klik Run
3. Ketik gpedit.msc
4. Kemudian klik Ok
5. Setelah masuk klik (buka) Administrative
6. Kemudian klik (buka) Network
7. Setelah terbuka klik QoS Packet scheduler
8. Kemudian klik Limit Reservable Bandwidth
9. Dan setelah terbuka ubah setting menjadi Enable
10. Kemudian ubah Bandwidth Limitnya menjadi 0
11. Klik Apply, dan terus Ok
12. Kemudian keluar dan Restart komputer
B. Pakai browser atau Apple Safari
Versi terbaru dari browser Chrome dan Safari sangatlah cepat dengan Firefox ataupun (sudah dicoba dan terbukti memang jauh lebih cepat). Saran pakailah karena selain cepat, Chrome lebih aman dibanding dengan Safari, walau dalam beberapa hal Safari lebih cepat dari Chrome.
Kalau sudah terbiasa memakai Firefox dan tidak ingin beralih ke browser lagi, tambahkan Add-on “Adblock” untuk memblok iklan, gambar, dan flash yang aktif. Ada beberapa Add-on lagi dari Firefox seperti NoScript yang mempercepat akses internet, sayangnya kalau kebanyakan Add-on justru, malah memperlambat akses dari browser Firefox sendiri.
C. Perbesar cache browser hingga 5% dari kapasitas Harddisk atau 1 – 2 GB
Cara ini terbukti efektif untuk mempercepat akses browser. Logikanya adalah browser tidak perlu tiap kali loading gambar dan tetek bengeknya segala setiap kali berkunjung ke situs pernah dikunjungi, karena kalau situs sudah pernah dikunjungi akan otomatis di-cache oleh browser.
Cara ini hanya berlaku kapasitas harddisk cukup besar. Pada umumnya masing-masing browser ada yang diset kapasitas cachenya, ada yang otomatis. Jika browser tidak ada pilihan set cache, artinya jangan sering-sering (atau tidak perlu) clear history di browser.
Sumber : Ketok.com

Jumat, 24 September 2010

Analisis Ilmiah Tentang Penyembelihan Hewan Secara Syariah Islam

Marian Theim, ketua Partai Pembela HAM di Belanda, yang juga anggota parlemen Belanda, meminta dibatasinya cara penyembelihan menurut tata cara agama di Belanda. Ia menganggap cara penyembelihan menurut ajaran agama merupakan sesuatu yang tidak ‘manusiawi’ dan menimbulkan ekses yang ‘tidak perlu’ bagi binatang. Entah, pernyataannya tersebut hanya dikarenakan kepeduliannya kepada hewan atau ada kaitannya dengan propaganda dalam menyudutkan Islam. Kenyataannya, seiring dengan pesatnya grafik pertumbuhan Muslim di Eropa, semakin deras dan tajam juga Islam disudutkan oleh dunia barat. Memotong dan menyalah-artikan suatu ayat Qur’an dan Hadits merupakan salah satu jalan yang ditempuh untuk menyudutkan kita.
Coba perhatikan hadits Rasulullah tentang penyembelihan ini:
“Sesungguhnya Allah menetapkan ihsan (kebaikan) pada segala sesuatu. Maka jika kalian membunuh hendaklah kalian berbuat ihsan dalam membunuh, dan apabila kalian menyembelih, maka hendaklah berbuat ihsan dalam menyembelih. (Yaitu) hendaklah salah seorang dari kalian menajamkan pisaunya agar meringankan binatang yang disembelihnya.” (H.R. Muslim).
Kandungan hadits ini agaknya sulit untuk dijelaskan kepada orang Barat. Kalaupun mengerti dari maksud hadits di atas, para musuh Islam bisa menjadikannya celah untuk menyudutkan kita. Betapa tidak, di dalamnya terdapat ungkapan kata seakan-akan Allah memerintahkan kita untuk “membunuh”. Apalagi secara eksplisit disebutkan pengertian ”…tajamkanlah pisaunya…!” Bukankah ini menunjukkan bahwa umat Islam memang disuruh dan dilatih untuk membunuh dengan “kejam”.
Menurut mereka, cara penyembelihan yang paling ‘berperikemanusiaan, adalah dengan membuat hewan sembelihan tersebut tidak sadar sebelum disembelih. Metode yang dilakukan melalui cara pemingsanan dengan setrum, bius, maupun dengan cara -yang mereka anggap paling baik- memukul bagian tertentu di kepala ternak dengan alat tertentu pula. Alat yang digunakan adalah Captive Bolt Pistol (CBV). Dengan cara demikian, hewan yang disembelih dianggap tidak menderita kesakitan karena disembelih dalam keadaan tidak sadar.
Ketika kita disudutkan dengan penafsiran ‘nakal’ tentang hadits tadi maupun dengan rasa ‘manusiawi’ pada hewan sembelihan, lalu ditambah dengan sodoran metode yang mereka anggap sangat ‘berperikemanusian’ tadi, apa tanggapan kita? Apa argumentasi dan jawaban untuk meloloskan umat Islam ketika disudutkan seperti ini? Menolak tanpa bisa memberi argumentasi yang masuk akal atau menerima saja tuduhan itu dengan setengah hati, yang berarti ‘membenarkan’ tuduhan mereka itu? Apakah memang sangat sulit bagi kita yang beriman, untuk meyakinkan diri sendiri bahwa Syariat Islam adalah yang terbaik?
Alhamdulillah… Ada sebuah titik terang. Memang selalu ada jawaban dari setiap pertanyaan tentang kebenaran Islam. Selalu ada penguatan Allah dari setiap adanya usaha pelemahan dari musuh Dien-Nya yang mulia ini.
Di bawah ini adalah tulisan yang disadur dan diringkas oleh Usman Effendi AS.,dari makalah tulisan Nanung Danar Dono, S.Pt., M.P., Sekretaris Eksekutif LP.POM-MUI Propinsi DIY dan Dosen Fakultas Peternakan UGM Yogyakarta:



Melalui penelitian ilmiah yang dilakukan oleh dua staf ahli peternakan dari Hannover University, sebuah universitas terkemuka di Jerman. Yaitu: Prof.Dr. Schultz dan koleganya, Dr. Hazim. Keduanya memimpin satu tim penelitian terstruktur untuk menjawab pertanyaan: manakah yang lebih baik dan paling tidak sakit, penyembelihan secara Syari’at Islam yang murni (tanpa proses pemingsanan) ataukah penyembelihan dengan cara Barat (dengan pemingsanan)?
Keduanya merancang penelitian sangat canggih, mempergunakan sekelompok sapi yang telah cukup umur (dewasa). Pada permukaan otak kecil sapi-sapi itu dipasang elektroda (microchip) yang disebut Electro-Encephalograph (EEG). Microchip EEG dipasang di permukaan otak yang menyentuh titik (panel) rasa sakit di permukaan otak, untuk merekam dan mencatat derajat rasa sakit sapi ketika disembelih. Di jantung sapi-sapi itu juga dipasang Electro Cardiograph (ECG) untuk merekam aktivitas jantung saat darah keluar karena disembelih.
Untuk menekan kesalahan, sapi dibiarkan beradaptasi dengan EEG maupun ECG yang telah terpasang di tubuhnya selama beberapa minggu. Setelah masa adaptasi dianggap cukup, maka separuh sapi disembelih sesuai dengan Syariat Islam yang murni, dan separuh sisanya disembelih dengan menggunakan metode pemingsanan yang diadopsi Barat.
Dalam Syariat Islam, penyembelihan dilakukan dengan menggunakan pisau yang tajam, dengan memotong tiga saluran pada leher bagian depan, yakni: saluran makanan, saluran nafas serta dua saluran pembuluh darah, yaitu: arteri karotis dan vena jugularis.
Patut pula diketahui, syariat Islam tidak merekomendasikan metoda atau teknik pemingsanan. Sebaliknya, Metode Barat justru mengajarkan atau bahkan mengharuskan agar ternak dipingsankan terlebih dahulu sebelum disembelih.
Selama penelitian, EEG dan ECG pada seluruh ternak sapi itu dicatat untuk merekam dan mengetahui keadaan otak dan jantung sejak sebelum pemingsanan (atau penyembelihan) hingga ternak itu benar-benar mati. Nah, hasil penelitian inilah yang sangat ditunggu-tunggu!
Dari hasil penelitian yang dilakukan dan dilaporkan oleh Prof. Schultz dan Dr. Hazim di Hannover University Jerman itu dapat diperoleh beberapa hal sbb.:
Penyembelihan Menurut Syariat Islam
Hasil penelitian dengan menerapkan praktek penyembelihan menurut Syariat Islam menunjukkan:
Pertama
pada 3 detik pertama setelah ternak disembelih (dan ketiga saluran pada leher sapi bagian depan terputus), tercatat tidak ada perubahan pada grafik EEG. Hal ini berarti bahwa pada 3 detik pertama setelah disembelih itu, tidak ada indikasi rasa sakit.
Kedua
pada 3 detik berikutnya, EEG pada otak kecil merekam adanya penurunan grafik secara bertahap yang sangat mirip dengan kejadian deep sleep (tidur nyenyak) hingga sapi-sapi itu benar-benar kehilangan kesadaran. Pada saat tersebut, tercatat pula oleh ECG bahwa jantung mulai meningkat aktivitasnya.
Ketiga
setelah 6 detik pertama itu, ECG pada jantung merekam adanya aktivitas luar biasa dari jantung untuk menarik sebanyak mungkin darah dari seluruh anggota tubuh dan memompanya keluar. Hal ini merupakan refleksi gerakan koordinasi antara jantung dan sumsum tulang belakang (spinal cord). Pada saat darah keluar melalui ketiga saluran yang terputus di bagian leher tersebut, grafik EEG tidak naik, tapi justru drop (turun) sampai ke zero level (angka nol). Hal ini diterjemahkan oleh kedua peneliti ahli itu bahwa: “No feeling of pain at all!” (tidak ada rasa sakit sama sekali!).
Keempat
karena darah tertarik dan terpompa oleh jantung keluar tubuh secara maksimal, maka dihasilkan healthy meat (daging yang sehat) yang layak dikonsumsi bagi manusia. Jenis daging dari hasil sembelihan semacam ini sangat sesuai dengan prinsip Good Manufacturing Practise (GMP) yang menghasilkan Healthy Food.
Penyembelihan Cara Barat
Pertama
segera setelah dilakukan proses stunning (pemingsanan), sapi terhuyung jatuh dan collaps (roboh). Setelah itu, sapi tidak bergerak-gerak lagi, sehingga mudah dikendalikan. Oleh karena itu, sapi dapat pula dengan mudah disembelih tanpa meronta-ronta, dan (tampaknya) tanpa (mengalami) rasa sakit. Pada saat disembelih, darah yang keluar hanya sedikit, tidak sebanyak bila disembelih tanpa proses stunning (pemingsanan).
Kedua
segera setelah proses pemingsanan, tercatat adanya kenaikan yang sangat nyata pada grafik EEG. Hal itu mengindikasikan adanya tekanan rasa sakit yang diderita oleh ternak (karena kepalanya dipukul, sampai jatuh pingsan).
Ketiga
grafik EEG meningkat sangat tajam dengan kombinasi grafik ECG yang drop ke batas paling bawah. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan rasa sakit yang luar biasa, sehingga jantung berhenti berdetak lebih awal. Akibatnya, jantung kehilangan kemampuannya untuk menarik dari dari seluruh organ tubuh, serta tidak lagi mampu memompanya keluar dari tubuh.
Keempat
karena darah tidak tertarik dan tidak terpompa keluar tubuh secara maksimal, maka darah itu pun membeku di dalam urat-urat darah dan daging, sehingga dihasilkan unhealthy meat (daging yang tidak sehat), yang dengan demikian menjadi tidak layak untuk dikonsumsi oleh manusia. Disebutkan dalam khazanah ilmu dan teknologi daging, bahwa timbunan darah beku (yang tidak keluar saat ternak mati/disembelih) merupakan tempat atau media yang sangat baik bagi tumbuh-kembangnya bakteri pembusuk, yang merupakan agen utama merusak kualitas daging.
Bukan Ekspresi Rasa Sakit!
Meronta-ronta dan meregangkan otot pada saat ternak disembelih ternyata bukanlah ekspresi rasa sakit! Sangat jauh berbeda dengan dugaan kita sebelumnya! Bahkan mungkin sudah lazim menjadi keyakinan kita bersama, bahwa setiap darah yang keluar dari anggota tubuh yang terluka, pastilah disertai rasa sakit dan nyeri. Terlebih lagi yang terluka adalah leher dengan luka terbuka yang menganga lebar…!
Hasil penelitian Prof. Schultz dan Dr. Hazim justru membuktikan yang sebaliknya. Yakni bahwa pisau tajam yang mengiris leher (sebagai syariat Islam dalam penyembelihan ternak) ternyata tidaklah ‘menyentuh’ saraf rasa sakit. Oleh karenanya kedua peneliti ahli itu menyimpulkan bahwa sapi meronta-ronta dan meregangkan otot bukanlah sebagai ekspresi rasa sakit, melainkan sebagai ekspresi ‘keterkejutan otot dan saraf’ saja (yaitu pada saat darah mengalir keluar dengan deras). Mengapa demikian? Hal ini tentu tidak terlalu sulit untuk dijelaskan, karena grafik EEG tidak membuktikan juga tidak menunjukkan adanya rasa sakit itu.
Subhanallah…  Memang selalu ada jawaban dari setiap pertanyaan tentang kebenaran Islam. Selalu ada penguatan Allah dari setiap adanya usaha pelemahan dari musuh Dien-Nya yang mulia ini.
Sebenarnya, sudah tidak ada alasan lagi menyimpan rasa tak tega melihat proses penyembelihan kurban, karena aku sudah tahu bahwa hewan ternak tersebut tidak merasakan sakit ketika disembelih. Dan yang paling penting, aku dapat mengerti hikmah dari salah satu Syariah Islam dan keberkahan Allah yang tersimpan di dalamnya.
Wallahu’alam


sumber

Rabu, 22 September 2010

Bekerja di Perusahaan Jepang

JUST SHARE.....
Diambil dari : http://berbual.com/bisnis-dan-manajemen
Ditulis untuk Majalah Inovasi, PPI Jepang
Saya berdebat kecil dengan Prof. Yukiko Hirakawa dari Hiroshima University di satu sesi Joint Seminar on Technology Transfer yang diselenggarakan di ITB beberapa waktu lalu. Prof. Hirakawa mempresentasikan hasil survey yang dia lakukan terhadap pengusaha/ professional Jepang tentang presepsi mereka terhadap tenaga kerja Indonesia. Dalam presepsi orang Jepang, menurut survey tersebut, tenaga kerja Indonesia tidak punya banyak keunggulan, kecuali bahwa upah mereka murah. Selebihnya, mereka dianggap punya kemampuan analitik yang lemah, etos kerja serta disiplin yang lemah. Untuk memuluskan proses transfer teknologi Prof. Hirakawa menantang dunia industri dan pendidikan Indonesia untuk berbenah.
Pada diskusi itu saya tidak mencoba membantah data yang dia sajikan. Pertama karena saya sendiri juga tidak punya data tentang kualitas tenaga kerja kita. Kedua, bagaimanapun juga data yang disajikan itu adalah presepsi, sehingga masih perlu diuji kebenarannya di lapangan. Yang menarik dari situ justru bagaimana presepsi itu muncul.
Saya ingatkan Prof. Hirakawa bahwa yang terjadi sebenarnya mungkin kurangnya kesepahaman antara ekspatriat Jepang yang ada di Indonesia dengan pekerja lokal. Akibatnya mereka bekerja dalam ruang strereotype masing-masing. Saya melihat diperlukan adanya pihak yang mampu menjembatani komunikasi ini. Prof. Hirakawa mengakui bahwa orang-orang Jepang yang dikirim ke luar negeri pada umumnya memang tidak dipersiapkan untuk keluar dari Jepang. “Waktu mereka kuliah dulu mungkin mereka tidak pernah berfikir akan dikirim bekerja ke luar negeri.” katanya setengah bercanda. Ia juga mengakui bahwa tidak sedikit kesan buruk terhadap ekspatriat Jepang, seperti arogan, cerewet, dan kasar.
Sayangnya, meski setuju dengan pandangan saya, ia tetap bersikukuh bahwa kunci penyelesaiannya tetap ada di pihak Indonesia. Jepang, katanya, akan mencoba memperkecil jurang komunikasi tadi, tapi tidak akan menghabiskan banyak sumber daya untuk itu. Dalam banyak kasus, katanya, Jepang akan memilih negara di mana jurang tadi tidak demikian besar.
Keterbatasan waktu seminar membuat debat kecil kami terhenti. Tapi saya melihat persoalan jembatan komunikasi ini penting bagi perusahaan Jepang yang beroperasi di Indonesia, dan tentu saja bagi orang-orang Indonesia yang bekerja di perusahaan tersebut. Kebetulan sebagai seorang pimpinan di perusahaan Jepang, salah satu peran saya adalah menjadi jembatan komunikasi tersebut. Mirip dengan hasil survey yang diungkapkan oleh Prof. Hirakawa, dalam berbagai kesempatan saya sering menampung keluhan ekspatriat Jepang tentang ketidakpuasan mereka terhadap pekerja lokal. Sebaliknya, saya juga sering menampung keluhan staf lokal tentang berbagai ketidakpuasan terhadap ekspatriat Jepang.
Perusahaan Jepang yang berinvestasi ke Indonesia beragam skalanya. Ada perusahaan besar yang sistem manajemennya sudah mapan, seperti Toyota, Panasonic, dan sebagainya. Kemapanan manajemen mereka meliputi kesiapan mereka untuk berkiprah di negara-negara di luar Jepang, termasuk persiapan SDM untuk keperluan tersebut. Namun ada juga perusahaan Jepang skala kecil-menengah yang ikut menanamkan modal di Indonesia. Perusahaan ini dikelola dengan manajemen semi-tradisional, cenderung bercorak kekeluargaan. SDM yang dikirim untuk mengelola perusahaan tersebut biasanya SDM pada level menengah-bawah di perusahaan induknya. Kemampuan yang mereka miliki lebih cenderung hanya kemampuan teknis, bukan manajerial.
Pada perusahaan besar dengan sistem manajemen yang sudah mapan, masalah-masalah seperti perbedaan budaya boleh jadi sudah diantisipasi dengan berbagai pendekatan manajemen. Namun perusahaan skala menengah-kecil, dengan berbagai keterbatasannya, cenderung mengabaikan masalah-masalah itu. Bagi mereka yang penting produksi dapat berlangsung. Pengembangan manajemen organisasi, SDM, dan sebagainya digarap seadanya.
Kembali ke data yang disajikan oleh Prof. Hirakawa tadi, saya sebetulnya bisa memahami kalau ada presepsi demikian di kalangan ekspatriat Jepang. Dari sudut pandang orang Jepang yang berdisiplin tinggi pemandangan di Indonesia boleh jadi akan terlihat tidak pada tempatnya. Contoh sederhananya adalah soal membuang sampah. Di perusahaan kadang saya masih menemukan sampah-sampah kecil seperti bungkus permen, dibuang sembarangan. Padahal perusahaan sudah menyediakan tempat sampah di berbagai tempat, dan selalu mengingatkan untuk membuang sampah pada tempatnya. Pernah suatu ketika saya menemukan karyawan yang meletakkan sampah di samping tempat sampah yang disediakan, bukan langsung membuangnya ke dalam tempat sampah. Sebuah tindakan yang sulit dicerna akal.
Banyak hal, yang bagi orang Jepang merupakan common sense, ternyata sulit untuk dipahami oleh staf lokal. Atau kalau dibalik, banyak hal-hal yang bertentangan dengan common sense yang kita praktikkan dalam kehidupan kita, dan ajaibnya kita tidak merasa terganggu dengan itu. Pola fikir dan peri laku ini terbawa melekat ke tempat kerja. Manajemen sebenarnya adalah kumpulan common sense belaka. Karenanya pola fikir dan peri laku yang bertentangan dengan common sense itu adalah gangguan yang nyata pada sistem manajemen. Ganguan ini menghambat pencapaian tujuan.
Sampai ke titik ini saya sebenarnya sepakat dengan pandangan Prof. Hirakawa tadi. Masalahnya adalah saya melihat orang-orang Jepang itu mau ambil mudahnya saja. Mereka berharap dapat mengumpulkan manusia-manusia qualified, siap pakai, baik dari soft skill maupun hard skill, lalu membangun sistem, dan sistem itu berjalan sesuai harapan. Idealnya memang seperti itu. Namun berinvestasi di dunia ketiga dengan harapan memperoleh SDM selevel negara maju jelas merupakan harapan yang berlebihan. Berinvestasi di negara berkembang seharusnya diiringi dengan kesiapan untuk menyisihkan investasi bagi keperluan pengembangan organisasi dan SDM.
Yang lebih parah, tak jarang saya temukan ekspatriat Jepang yang menjadikan stereotyping sebagai dalih untuk melempar tanggung jawab. Tanpa mau menganalisa pola kepemimpinan dan komunikasi yang diterapkannya dia dengan gampang menimpakan kesalahan pada staf lokal atas ketidaklancaran proses dalam manajemen. Pada saat yang sama, staf lokal juga tidak mau begitu saja disalahkan. Maka lingkaran setan saling lempar tanggung jawab itu terus menerus menjadi duri dalam daging pada sistem manajemen.
Saya memandang perlunya lapisan penyangga dalam manajemen perusahaan Jepang di Indonesia. Lapisan ini diisi oleh orang Indonesia yang mengerti budaya dan system manajemen Jepang. Yang kemudian mampu menerjemahkannya menjadi sesuatu yang bisa dipahami oleh staf lokal. Sebaliknya, lapisan ini pada saat yang sama juga perlu menjelaskan hal-hal yang merupakan karakteristik lokal kepada para ekspatriat Jepang.
Pola inilah yang coba saya terapkan di tempat saya bekerja. Adalah sebuah kebetulan yang menguntungkan bahwa saya bergabung di perusahaan ini tepat ketika perusahaan sedang mempersiapkan diri untuk beroperasi secara komersial. Karenanya saya bisa turut terlibat merancang sistem manajemennya. Prinsip yang saya anut adalah bahwa sesungguhnya segala sesuatu yang dianggap sebagai karakter khas budaya perusahaan Jepang tak lebih dari kumpulan common sense. Maka mengadopsi semua itu pada dasarnya bermakna bahwa kita sedang menghidupkan (kembali) common sense kita, bukan sekedar menjadi pengekor budaya asing.
Sejauh ini sistem kecil yang saya bangun berjalan cukup baik. Mudah-mudahan ia bisa berjalan dengan baik pula ketika organisasi perusahaan membesar nanti. Kuncinya, sejauh yang saya sadari, adalah kepercayaan, baik dari pihak pemegang saham, manajemen di perusahaan induk, maupun karyawan yang merupakan bawahan saya.

Terima kasih kepada kang hasan di http://berbual.com

Senin, 20 September 2010

Bengawan Solo Purba























Dahulu kala Sungai Bengawan Solo mengalir tenang dari hulunya di wilayah utara hingga bermuara di Pantai Sadeng yang kini berada di Kabupaten Gunung Kidul. Namun, empat juta tahun yang silam, sebuah proses geologi terjadi. Lempeng Australia menghujam ke bawah Pulau Jawa, menyebabkan dataran Pulau Jawa perlahan terangkat. Arus sungai akhirnya tak bisa melawan hingga akhirnya aliran pun berbalik ke utara. Jalur semula akhirnya tinggal jejak yang perlahan mengering karena tak ada lagi air yang mengalirinya. Wilayah ini menjadi kaya akan bukit-bukit kapur yang menurut beberapa penelitian, semula merupakan karang-karang yang berada di bawah permukaan laut. 



Kini, bekas aliran sungai yang populer lewat lagu keroncong berjudul Bengawan Solo ciptaan Gesang itu menjadi objek wisata menarik. Tak ketinggalan Pantai Sadeng yang menjadi muaranya, selain menjadi objek wisata juga menjadi salah satu pelabuhan perikanan besar di Yogyakarta. Keduanya menjadi jejak geologi yang berharga. Beberapa waktu lalu, sempat diadakan paket wisata menyusuri jalur Bengawan Solo Purba hingga muaranya.


 Dalam perjalanan menuju Pantai Sadeng, beberapa ratus meter jalur aliran Bengawan Solo Purba bisa dinikmati pemandangannya. Jalur aliran itu bisa dilihat setelah sampai di dekat plang biru bertuliskan "Girisubo - Ibukota Kecamatan". Berhenti sejenak di pinggir jalan menuju pantai atau berjalan perlahan adalah cara paling tepat untuk menikmati pemandangan bekas aliran ini, sekaligus memberi kesempatan mengabadikannya dengan kamera. 




Tampak dua buah perbukitan kapur yang tinggi memanjang mengapit sebuah dataran rendah yang semula adalah jalur aliran. Dataran rendah yang kini menjadi lahan berladang palawija penduduk setempat itu berkelok indah, memanjang sejauh 7 kilometer ke arah utara, hingga wilayah Pracimantoro di Kabupaten Wonogiri. Kelokannya membuat mata tergoda untuk menyusurinya ke utara hingga ke tempat pembalikan aliran sungainya. 


 Jalur aliran juga bisa disusuri ke arah selatan hingga bekas muaranya di Pantai Sadeng. Menurut penuturan salah seorang nelayan, muara Bengawan Solo Purba berada di pantai sebelah timur, wilayah yang kini termasuk areal pelabuhan perikanan. Meski demikian, penyusuran ke selatan tak akan seindah ke utara, sebab jalan yang menuju ke Pantai Sadeng tidak searah dengan jalur aliran sungai terbesar di Jawa itu. 


 Bila telah sampai ke pantainya, maka pemandangan berbeda akan dijumpai. Wilayah pantai juga telah mengalami perubahan, seperti jalur aliran yang kini menjadi ladang-ladang penduduk. Pantai Sadeng kini menjadi pelabuhan perikanan di Yogyakarta yang paling maju, terbukti dengan kelengkapan sarana pendukungnya, seperti perahu motor yang berukuran lebih besar, terminal pengisian bahan bakar, rumah pondokan nelayan hingga tempat pelelangan ikan dan koperasi. 





































Proses berbalik arah


Sebelumnya arah aliran sungai Bengawan Wonogiri Solo ini mengalir ke arah selatan. Sungai ini bermuara di Samodra Hindia Indonesia. Proses tentonik tentunya sejak dulu juga ada. Lempeng Ustrali di sebelah kanan (selatan) ini menabrak dan menghunjam ke bawah Pulau Jawa.



Karena adanya kerak Ustrali menghunjam kebawah tentunya bagian pinggir (bag selatan) Pulau Jawa ini akan terangkat terus menerus kan ? Sehingga lama kelamaan aliran air permukaan yg melalui sungai akan terganggu.



Sampai akhirnya ketika pengangkatannya sudah cukup tinggi, maka airpun tidk dapat mengalir ke arah selatan, dan “berbalik” ke utara. Saat ini kita hanya dapat mengamati adanya endapan-endapan sungai Bengawan Wonogiri Solo purba.


Pengangkatan ini masih terus beralngsung hingga saat ini. Pengangkatan ini terjadi bersamaan pula dengan proses terjadinya gempa.
Karena proses pengangkatan ini perlahan, dan seperti kita tahu bahwa gelombang pantai selatan ini sangat besar maka dinding-dinding pantai selatan Jawa ini sangat curam. Hanya dibeberapa tempat saja yang menunjukkan topografi (kelerengan rupabumi) landai seperti di pantai selatan Jogja. Ketika bagian selatan Pulau Jawa ini sedikit terangkat, tentusaja gelombang laut juga akan menghantamnya. Dan akhirnya bentuk pantai selatan ini berupa dinding yg curam.


SUMBER




Minggu, 19 September 2010

Keutamaan dan Keadilan Sahabat

Inilah 10 manusia tersukses di dunia dan di kahirat, setelah Rasul Muhammad Saw. Mereka adalah tokoh teladan umat Islam sepanjang masa dalam berbagai aspek kehidupan.
Di saat umat Islam hari ini kehilangan profil tokoh, pemimpin dan pribadi yang dapat dijadikan teladan, maka menghadirkan biografi dan cerita kehidupan mereka adalah merupakan keniscayaan.
Sebab itu, tidak berlebihan jika dikatakan : Kalau Anda ingin hidup sukses di dunia dan akhirat, tirulah gaya hidup mereka. Selamat menelusurinya.
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah. Kami memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepadanya. Kami berlindung kepada-Nya dari keburukan diri kami dan dari amal-amal buruk kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tiada yang mampu menyesatkannya.
Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tiada yang mampu memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah yang Maha Esa tanpa ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Utusan-Nya.
Buku ini berisi riwayat hidup sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga, semoga Allah meridhai mereka semua. Ada kebutuhan menuturkan riwayat hidup mereka, supaya kita bisa mencari letak keteladanan dalam kehidupan orang-orang shalih itu.
Dalam buku sirah ini penulis membatasi bahasan hanya dari sisi gambaran, contoh dan kejadian dalam kehidupan Khalifah Empat dan sahabat-sahabat selebihnya dari mereka yang dipastikan masuk surga. Untuk tujuan tersebut, penulis berusaha menulisnya dengan kalimat-kalimat yang mudah dan semata bersandar pada atsar yang shahih dan rujukan-rujukan yang autentik. Kesepuluh sahabat tersebut adalah:
  1. Abu Bakar Ash-Shiddiq RA
  2. ‘Umar bin Khaththab RA
  3. ‘Utsman bin ‘Affan RA
  4. Ali bin Abu Thalib RA
  5. Abu ‘Ubaidah bin Jarrah RA
  6. Thalhah bin ‘Ubaidullah RA
  7. Zubair bin ‘Awwam RA
  8. Abdurrahman bin ‘Auf RA
  9. Sa’d bin Abu Waqqash RA
  10. Sa’id bin Zaid RA
Keutamaan Para Sahabat RA
Pada zaman keteladanan yang baik tidak ada, manusia melenceng dari jalan-jalan hidayah, dan banyak di antara mereka yang tidak menghormati orang-orang yang sebenarnya memiliki keutamaan. Saatnya kita berhenti sejenak untuk merenungkan kehidupan generasi terbaik yang pernah disaksikan dunia—setelah para Nabi.
Itu adalah generasi iman dan tauhid, generasi ibadah dan keikhlasan, generasi keadilan dan konsistensi, generasi kesabaran dan keteguhan, generasi jihad dan heroisme. Itulah generasi para sahabat yang mulia.
Itulah generasi unik yang menjalan Islam dengan sempurna dan paripurna. Mereka tahu, dan mengetahui mereka lurus. Mereka paham, dan pemahaman mereka itu baik.
“Itulah generasi yang menyatukan idealita dan realita. Generasi yang mengejawantahkan idealita-idealita Islam dalam realitas, dan mengangkat realitas manusia ke tingkatan idealita. Kita sangat butuh untuk mengenali generasi ini, agar kita tahu letak keteladanan bagi kita dalam realitas kita hari ini. Dan untuk kita jadikan tolok ukur dalam mengetahui jauh atau dekatnya kita dari hakikat Islam.”
Allah SWT meminta kaum muslimin untuk meneladani Rasulullah SAW, mengikuti jejak generasi emas tersebut, dan menghubungkan diri mereka dengan generasi tersebut. Allah berfirman,
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS Al-Ahzab [33]: 21)
Allah SWT juga berfirman,
وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS Al-Hasyr [59]: 9)
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِن بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
"Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.'" (QS Al-Hasyr [59]: 10)
Inilah generasi unik yang menjadi media Allah untuk memberi kejayaan bagi Islam. Generasi ini sebenarnya bisa terulang dalam realitas kehidupan asalkan generasi penerus mengikuti jalan yang sama, meskipun memang keutamaan sahabat itu tidak mungkin dikejar.
Di antara kewajiban kita terhadap generasi sahabat ini adalah mencintai mereka, loyal kepada mereka, dan mengenali keutamaan mereka. Ini merupakan bagian dari inti akidah Islam yang membedakan antara Ahlussunnah dengan ahli bid’ah.
Karena cinta kepada para sahabat merupakan bagian dari agama dan keimanan, sedangkan mencaci dan membenci para sahabat adalah bagian dari kesesatan dan kehinaan.

Siapakah Sahabat Itu?
Sahabat adalah orang yang pernah bertemu dengan Nabi SAW. Definisi ini mencakup setiap orang yang pernah bertemu satu kali dengan Nabi SAW, atau yang bermajlis dengan Nabi SAW dalam jangka waktu yang lama, orang yang meriwayatkan dari Nabi SAW dan yang tidak meriwayatkan, orang yang pernah berperang bersama beliau atau yang tidak pernah berperang, orang yang pernah melihat beliau satu kali saja.
Meskipun tidak pernah duduk di majelisnya, dan orang yang tidak pernah melihatnya karena ada halangan seperti buta. Definisi ini tidak mencakup orang yang berjumpa dengan beliau dalam keadaan kafir, meskipun sesudah itu ia masuk Islam.
Berapa Jumlah Sahabat?
Ada banyak sekali jumlah orang yang bersahabat dengan Nabi SAW. Abu Zur’ah Ar-Razi berkata, “Saat Nabi SAW wafat, jumlah orang yang pernah melihat beliau dan mendengar dari beliau itu lebih dari seratus ribu, baik laki-laki atau perempuan. mereka semua meriwayatkan dari beliau lewat pendengaran atau pengamatan.”
Keadilan Sahabat:
Semua sahabat adalah adil, tsiqah, dan tsabat. Karena Allah telah menilai mereka adil dan mengabarkan kesucian mereka. Nabi SAW pun menilai mereka bersih dan menjelaskan keutamaan mereka. Bagaimana mereka tidak berada dalam kedudukan tersebut, sedangkan mereka adalah manusia-manusia yang dipilih Allah untuk menjadi sahabat Nabi-Nya SAW.
Ibnu Mas’ud RA berkata, “Sesungguhnya Allah melihat hati para hamba, dan mendapati hati Muhammad SAW itu sebaik-baik hati para hamba. Karena itu, Allah memilihnya bagi diri-Nya dan mengutusnya untuk membawa risalah-Nya. Kemudian Allah melihat hati para hamba sesudah hati Muhammad SAW, dan Allah mendapati hati para sahabatnya sebaik-baik hati para hamba. Karena itu, Allah menjadikan mereka sebagai kaki tangan Nabi-Nya yang berperang di atas agamanya. Jadi, apa yang dilihat kaum muslimin sebagai sesuatu yang baik, maka ia juga baik di sisi Allah. Dan apa yang mereka lihat sebagai sesuatu yang jelek, maka ia juga jelek di sisi Allah.”

Keutamaan dan Keadilan Para Sahabat Dalam Al-Qur'an dan Sunnah:
1. Allah berfirman,
لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا ﴿١٨﴾
“Sesungguhnya Allah telah rida terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dengan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).” (QS Al-Fath [48]: 18)
Jabir bin Abdullah berkata, “Jumlah kami saat itu adalah seribu empat ratus orang.”
Ayat ini berbicara tentang kesaksian Allah mengenai ridha-Nya kepada para sahabat Nabi SAW, terlebih kepada mereka yang terlibat dalam perjanjian Hudaibiyyah. Orang yang diridhai Allah itu tidak mungkin mati dalam keadaan kafir.
Karena yang menjadi patokan selamatnya seseorang adalah kematiannya dalam keadaan memeluk Islam. Jadi, tidak mungkin Allah meridhai kecuali kepada orang yang diketahui-Nya mati dalam keadaan memeluk Islam.
Nabi SAW bersabda,
لَا يَدْخُلُ النَّارَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنْ أَصْحَابِ الشَّجَرَةِ أَحَدٌ الَّذِينَ بَايَعُوا تَحْتَهَا
“Insya’allah tidak seorang pun dari mereka yang berbaiat di bawah pohon itu masuk neraka.”
2. Allah berfirman,
مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاء بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا ﴿٢٩﴾
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS Al-Fath [48]: 29)
Imam Malik rahimahullah berkata, “Kami menerima kabar bahwa apabila orang-orang Nasrani melihat para sahabat yang membebaskan kawasan Syam, maka mereka mengatakan, ‘Demi Allah, mereka itu lebih baik daripada Hawariyyun (pengikut setia Nabi ‘Isa AS).’ Dalam hal ini mereka jujur, karena umat ini diagungkan dalam kitab-kitab suci terdahulu. Dan umat yang paling agung dan utama adalah para sahabat Rasulullah SAW. Allah SWT telah menyinggung mereka dalam kitab-kitab suci terdahulu.”
Ibnul Jauzi berkata, “Sifat ini berlaku untuk semua sahabat menurut mayoritas ulama.”
3. Allah berfirman,
لِلْفُقَرَاء الْمُهَاجِرِينَ الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِن دِيارِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا وَيَنصُرُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُوْلَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ ﴿٨﴾
“(Juga) bagi para fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridaan (Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS Al-Hasyr [59]: 8)
Betapa bagusnya kesimpulan yang dipetik Imam Malik dari ayat mulia ini. Katanya, orang yang mencela sahabat itu tidak memiliki bagian dari harta pampasan perang.
‘Aisyah RA berkata, “Mereka diperintahkan untuk memintakan ampunan bagi para sahabat Rasulullah SAW, namun mereka justeru mencela para sahabat.” Ibnu ‘Abbas berkata, “Janganlah kalian mencaci para sahabat Muhammad, karena Allah telah memerintahkan istighfar bagi mereka, padahal Allah tahu bahwa para sahabat itu bakal saling berperang.”
4. Allah berfirman,
وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ ﴿١٠٠﴾
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS At-Taubah [9]: 100)
Betapa bagus kesimpulan yang diambil Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dari ayat ini. Ia mengatakan, “Allah meridhai para sabiqun tanpa syarat ihsan (berbuat baik), tetapi Allah tidak meridhai para tabi’in kecuali jika mereka mengikuti para sahabat dengan berbuat baik.”
Di antara tindakan mengikuti sahabat dengan berbuat baik adalah bersikap ridha kepada mereka, memohonkan ampunan bagi mereka, dan meneladani mereka.
5. Allah berfirman,
وَمَا لَكُمْ أَلَّا تُنفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَا يَسْتَوِي مِنكُم مَّنْ أَنفَقَ مِن قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ أُوْلَئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِّنَ الَّذِينَ أَنفَقُوا مِن بَعْدُ وَقَاتَلُوا وَكُلًّا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ ﴿١٠﴾
“Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum pembebasan (Mekah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Hadid [57]: 10)
Kata al-husna dalam ayat ini berarti surga, sebagaimana pendapat banyak mufasir. Berdasarkan ayat ini, Ibnu Hazm memastikan bahwa seluruh sahabat itu termasuk penghuni surga, karena Allah berfirman, “Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik.” Pendapat serupa disampaikan Ibnu Al-Jauzi saat menafsirkan ayat dalam surat Al-Fath ayat 29, bahwa sifat yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah untuk semua mayoritas.
6. Allah berfirman,
لَقَد تَّابَ الله عَلَى النَّبِيِّ وَالْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ فِي سَاعَةِ الْعُسْرَةِ مِن بَعْدِ مَا كَادَ يَزِيغُ قُلُوبُ فَرِيقٍ مِّنْهُمْ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ إِنَّهُ بِهِمْ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ ﴿١١٧﴾
“Sesungguhnya Allah telah menerima tobat Nabi, orang-orang muhajirin dan orang-orang Anshar, yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima tobat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka.” (QS At-Taubah [9]: 117)
Semua sahabat yang turut serta dalam perang Tabuk kecuali para wanita dan orang-orang lemah yang ditolerir Allah untuk tidak ikut serta. Sedangkan ketiga sahabat yang tidak ikut perang, penjelasan tentang diterimanya taubat mereka diturunkan sesudah itu.
Dan masih ada banyak ayat lain yang menjelaskan penilaian baik terhadap para sahabat. Di antaranya adalah firman Allah,
وَالَّذِينَ آمَنُواْ وَهَاجَرُواْ وَجَاهَدُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَالَّذِينَ آوَواْ وَّنَصَرُواْ أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَّهُم مَّغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ ﴿٧٤﴾
“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki (nikmat) yang mulia.” (QS Al-Anfal [8]: 74)
Dan seperti firman Allah,
لَكِنِ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُواْ مَعَهُ جَاهَدُواْ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ وَأُوْلَئِكَ لَهُمُ الْخَيْرَاتُ وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴿٨٨﴾ أَعَدَّ اللّهُ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ ﴿٨٩﴾
“Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama dia, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan; dan mereka itulah (pula) orang-orang yang beruntung. Allah telah menyediakan bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS At-Taubah [9]: 88-89)


 Sumber Copasnya

SHOLAT TAHAJJUD MENURUT ROSULULLAH SAW

Tentu sudah banyak trit membahas keistimewaan & manfaat shalat tahajjud. Mulai dari memberikan ketenangan batin, hingga penyembuhan terhadap penyakit2 lahiriah seburuk kanker. Besarnya fadillah shalat tahajjud tsb tentu membuat tidak sedikit diantara kita terketuk melaksanakannya. Namun, sayangnya tidak sedikit pula diantara kita yg terlupa, atau bahkan belum mengetahui sama sekali bagaimana tata cara shalat tahajjud sesuai sunnah Rasullullah SAW (shalawat dan salam selalu utk Beliau).

Yuuk kita telaah tata cara tahajjud ala sang nabi besar mulai dari fase persiapan hingga teknis pelaksanaan yang berdasarkan pada hadits-hadits sahih.

catatan:
Sudah barang tentu shalat Rasulullah tidak dapat persis disamai dari segi kualitas, misalnya saja, beliau berdiri membaca ayat hampir 50 ayat dalam satu raka'at, belum termasuk rukuk dan sujud Beliau yang lamanya sama dengan 50 ayat tsb. Sehingga wajarlah --sesuai kesaksian Aisyah ra.-- bahwa Rasulullah SAW shalat hingga kaki Beliau bengkak....


Persiapan Tahajjud 
1. Tidur terlebih dahulu


mengapa sebaiknya tidur dulu ?

Supaya ketika tahajjud kita tidak terlalu ngantuk, kecuali agan2 yg biasa begadang , maka kita dianjurkan tidur terlebih dahulu. Di zaman yang serba canggih ini tentu sangat mudah bagi kita untuk dapat bangun tepat waktu. Kita gampang saja nyetel alarm henpon pada jam sepertiga malam terakhir agar kita mendapati waktu tahajjud yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu:

Dari Abdullah bin Amr bin Ash bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya: “Shalat yang paling disukai oleh ALLAH subhanahu wa ta’ala adalah shalatnya Nabi Dawud ‘alaihissalam. Dan puasa yang paling disukai oleh ALLAH subhanahu wa ta’ala adalah puasanya Nabi Dawud. Beliau biasa tidur seperdua malam dan shalat pada sepertiganya, kemudian tidur lagi seperenamnya. Dan beliau berpuasa satu hari dan tidak berpuasa satu hari.” (HR Bukhari)
2. Bangun pada sepertiga malam terakhir

Jika 1 (satu) malam dihitung sejak masuk waktu Isya dan berakhir pada masuk waktu Subuh, yang berarti 1 malam = 9 jam, maka ini berarti sepertiga terakhir malam berada pada jam 01:30AM hingga 04:30AM. Wallahu ‘alam...

Setelah bangun, segera bersiwak/menggosok gigi


kemudian berwudhu....


anjuran untuk menggosok gigi tsb berasal dari hadits mutafaq‘alaihi: Dari Hudzaifah ia berkata bahwa apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bangun untuk melaksanakan shalat Tahajjud, beliau menggosok giginya dengan siwak.” [HR Bukhari, Muslim, Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad dan Ad Darami] 
JUMLAH RAKA'AT



Tahajjud hendaknya diiringi dengan Witir. Karena itu kitapun berpendapat bahwa Witir ini harus menyertai Tahajjud, yaitu dengan jumlah raka'at maksimal 11 (sebelas) yang terdiri dari;

Shalat Tahajjud sebanyak 10 (sepuluh) raka'at dengan setiap dua raka'at maka satu salam. Berarti ada lima kali salam.

Shalat Witir sebanyak 1 raka'at dengan satu salam.

Dari Qasim bin Muhammad, katanya dia pernah mendengar Aisyah berkata: “Biasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat malam 10 raka’at. Kemudian beliau Witir 1 raka’at. Sesudah itu shalat sunat Fajar 2 raka’at. Jadi jumlahnya 13 raka’at.” [HR Muslim]

Dari Jabir katanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya orang. Tanyanya: “Shalat (malam) bagaimanakah yang lebih baik?” Rasulullah menjawab: “Yang lama berdirinya.” [HR Muslim]

...masih banyak lagi hadis shahih lainnya dari Bukhari dan Muslim yang menyebut tentang anjuran mengerjakan Tahajjud bersamaan dengan Witir yang jumlahnya adalah 11 (sebelas) raka'at. (10 Tahajjud + 1 Witir).

Kemudian jika ada yang bertanya, bolehkah melebihi dari 11 raka'at??? Maka kita katakan Rasulullah sudah mencontohkan cukup 11, meskipun sebenarnya kita mampu lebih dari itu. Namun yang utama dari pahala shalat adalah kekhusyuan, bukan jumlah bilangan raka'at.

PELAKSANAAN SHOLAT TAHAJJUD


Berniat
Membaca doa iftitah sesudah takbiratul ihram
Membaca Al Fatihah
Seusai membaca Al Fatihah, ayat-ayat yang dibaca adalah:
Tahajjud ke-1 > Al-Baqarah: 284-286 dan Al-Ikhlas
Tahajjud ke-2 > Ali Imran dan Al-Ikhlas
Tahajjud ke-3 > Al Kahfi: 102-110 dan Al-Ikhlas
Tahajjud ke-4 > Ayat Qursy dan Al-Ikhlas
Tahajjud ke-5 > Al-Lail dan Al-Ikhlas
Saat witir, setelah Al Fatihah, surah yg dibaca adalah surah Al-A’laa



Ayat-ayat tsb tentu saja ada keutamaannya tersendiri sebagaimana ada dalam sabda Rasul, namun jika belum hafal ayat-ayat/surah-surah tsb, maka sebaiknya kita membaca ayat-ayat yang pendek yaitu Ayat Qursy dan Qulhu (Al-Ikhlas) pada semua rakaat Tahajjud (pendapat lain yaitu Al-Kafirun dan Al Ikhlas). Dan gabungan dua surah Muawidzat pada shalat Witir yaitu An-Naas dan Al-Falaq.

SETELAH SHALAT TAHAJJUD

Setelah selesai mengerjakan Tahajjud, kita boleh berzikir istigfar dan lainnya sebagaimana pada zikir shalat.



Atau kita dapat langsung berdoa dengan bacaan sesuai yg diajarkan oleh Rasulullah SAW dalam riwayat Bukhari berikut ini:








Artinya :
Ya Allah, bagiMU segala puji. Engkaulah penegak langit dan bumi dan alam semesta serta segala isinya. BagiMU segala puji. Engkau raja penguasa langit dan bumi. BagiMU segala puji Pemencar cahaya langit dan bumi. BagiMU segala puji, engkaulah yang hak, dan janjiMU adalah hak dan perjumpaanMU adalah hak, dan firmanMU adalah hak, dan sorga adalah hak, dan neraka adalah hak, dan nabi-nabi adalah hak, dan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa sallam adalah hak, dan hari kiamat adalah hak.
Ya Allah kepadaMU kami bertawakkal, kepadaMU kami kembali, dan kepadaMU kami rindu dan kepadaMU kami berhukum. Ampunilah kami atas dosa-dosa yang sudah kami lakukan dan dosa yang terdahulu, baik yang kami sembunyikan maupun yang kami nyatakan.
Engkaulah Tuhan yang Awwal (Permulaan) dan Akhir. Tiada Tuhan selain Allah Tuhan Alam semesta. Tiada daya dan kuasa melainkan kepunyaan Allah.


Dan untuk shalat Witir, setelahnya kita boleh berdoa atau berzikir atau kembali tidur. Para ulama Syafi’i berpendapat bahwa tidak ada batasan berdoa, baik itu dengan bahasa Arab maupun dengan bahasa ibu, karena ALLAH tentu lebih mengetahuinya walaupun hanya dalam hati.




SUMBER